Studi kasus :Azotemia dan Anemia sebagai Petunjuk Babesiosis pada Anjing Tua
Kurnia, Yuli Santoso, Sugiyono, Dwi Priyowidodo
RSH Prof. Soeparwi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Departemen Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Koresponden author: drh. K. Kurnia, RSH Prof. Soeparwi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia (kurnia.dvm@gmail.com)
INTISARI
Babesiosis secara klinis dan laboratorik mirip dengan penyakit gangguan ginjal baik karena penyakit degeneratif maupun penyakit ginjal lainnya. Babesiosis jarang didiagnosis pada anjing tua, meskipun sebenarnya dapat menyerang pada semua usia anjing. Seekor anjing Pomeranian jantan berusia 13 tahun diperiksa di RSH Prof. Soeparwi FKH UGM Yogyakarta dengan keluhan muntah selama satu minggu dengan frekuensi muntah sekitar 3 kali sehari, disertai penurunan nafsu makan dan minum, terlihat lesu serta gusi pucat. Anjing dipelihara sejak kecil, jumlah populasi 6 ekor beberapa mengalami infestasi caplak ringan.Pemeriksaan klinis menunjukkan lethargy, mukosa anemik, dehidrasi, mulut berbau ureum serta tidak ditemukan adanya sumbatan saluran kencing.Diagnosis sementara mengarah kuat pada gagal ginjal degeneratif dengan diagnosis banding leptospirosis, hepatitis, pankreatitis dan parasit darah. Dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa hematologi, protein plasma total(TPP), Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin serta ulas darah. Hasil pemeriksaan hematologi menunjukkan anemia makrositik-hipokromik, leukositosis dengan neutrofilia, trombositopenia, peningkatan TPP, serta peningkatan BUN dan kreatinin (azotemia) yang mengarah pada prerenal azotemia. Hasil ulas darah menunjukkan anemia dengan tanda regeneratif, neutrofilia dengan leftshift serta ditemukan inklusi intraeritrosit yang diduga Babesia sp. Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) menunjukkan hasil positif Babesia sp. sehingga anjing didiagnosis mengalami Babesiosis. Temuan azotemia pada anjing tua tidak selalu menegakkan diagnosis gagal ginjal akibat penyakit degeneratif, sehingga perlu mempertimbangkan diagnosis bandingnya.Pendekatan diagnosis yang dilakukan yaitu mengklasifikasikan jenis azotemia (pre-renal, renal, post-renal azoemia) dan klasifikasi jenis anemia untuk investigasi penyebab dan menganalisa patogenesisnya.
Kata kunci: azotemia; anemia; babesiosis; gagal ginjal; anjing tua